Contoh Pendekatan LinkedIn Learning dalam Menyusun Video Learning

Daftar Isi

    LinkedIn Learning menjadi salah satu platform e-learning berbasis video paling populer bagi perusahaan-perusahaan di seluruh dunia.

    LinkedIn Learning menyediakan lebih dari 22.000 course dari tiga kategori utama, yaitu Bisnis, Teknologi, dan Kreatif. Setiap kategori terdiri dari banyak subkategori yang bisa memenuhi berbagai kebutuhan L&D seperti upskilling, reskilling, dan manajemen.

    LinkedIn Learning telah dipercaya oleh lebih dari 27 juta pengguna di seluruh dunia. Ini menunjukkan bahwa pendekatan yang diterapkan LinkedIn Learning dalam membangun pengalaman belajarnya patut untuk diamati lebih lanjut. Berikut adalah beberapa hal yang kami amati dari video-video learning yang diproduksi LinkedIn Learning.

    Bite-sized Learning

    Setiap course terbagi dari video-video yang mencakup berbagai subtopik. Durasi setiap video relatif singkat. Model bite-sized learning ini membantu peserta ajar untuk “mengunyah” sebuah topik secara perlahan melalui video berdurasi sekitar 2-5 menit.

    Ada beberapa video yang hanya sekitar 1 menit dan ada yang berdurasi lebih dari 6 menit. Video yang berdurasi panjang cenderung dipengaruhi oleh seberapa rumitnya subtopik tersebut.

    Menggunakan Naskah yang Efektif

    Meskipun durasi rata-rata video relatif singkat, setiap pembicara menyampaikan pelajarannya melalui sebuah naskah. Hal ini bisa dideteksi dari kelancaran narasumber, Pilihan kata, dan kerapian struktur. Meskipun pembawaan sebagian narasumber terdengar agak kaku, penjelasannya terarah dan tidak bertele-tele. Hasilnya, kontennya pun menjadi terstruktur dan padat.

    Tentunya, ada sebagian narasumber yang terdengar lebih alami. Sebagai contoh, terlihat ada perbedaan pembawaan antara Chad Perkins dalam course Creating a Short Film: 01 Producing dengan Ajay Pangarkar dalam course Train the Trainer.

    Dari gaya bicara dan pilihan kata, Perkins terdengar lebih tulus dan pribadi dalam penyampaiannya. Naskah yang disusun Perkins berhasil mereplika gaya bicara orang secara lisan. Sedangkan naskah yang dibaca Pangarkar memiliki karakteristik layaknya sebuah buku atau artikel.

    Menyisipkan Visualisasi yang Sesuai

    Setiap course memiliki perbedaan dalam penggunaan bantuan visual. Misalnya, Annyce Davis dalam course Programming Foundations: Fundamentals menggunakan motion graphic yang berkualitas. Sedangkan Jeff Toister dalam course How to Design and Deliver Training Programs hanya menggunakan visual sederhana untuk menekankan poin-poin tertentu.

    Di luar bantuan visual berupa grafis, sebagian narasumber menggunakan video dan gambar yang relevan. Misalnya, Jungwoo Ryoo dalam course Python: Design Patterns (2015) menampilkan rekaman langsung software yang digunakan seraya dia memberikan penjelasan.

    Sedangkan Chad Perkins menyisipkan video dan foto dokumentasi selama pembuatan film pendeknya. Arsip dokumentasi ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang poin-poin yang dia sampaikan terkait pembuatan film.

    Monkey Melody memahami bahwa setiap perusahaan memiliki tantangan dan tujuan yang berbeda. Oleh karena itu, kami menawarkan pendekatan yang disesuaikan untuk memastikan bahwa setiap video yang kami buat dapat mencapai tujuan pelatihan yang diinginkan. Dengan menggunakan teknologi terbaru dan pendekatan kreatif, kami siap membantu perusahaan Anda dalam menghadapi tantangan pelatihan di masa depan.

    Share:

    M. Rizky Fajar Ramadhan

    Di Monkey Melody, Fajar memastikan proses pembuatan multimedia learning berjalan dengan lancar dari pra-produksi hingga pasca produksi. Selain kadang terlibat langsung dalam pembuatan script dan storyboard, Fajar juga membantu menyusun konten-konten media sosial Monkey Melody.