Biasanya multimedia profesional identik dengan software profesional seperti Photoshop, Premiere Pro, dan lain sebagainya. Namun, sekarang sudah muncul berbagai pilihan yang lebih mudak diakses dan dipelajari untuk non-profesional. Bahkan, pengajar atau instruktur baik di sekolah maupun perusahaan mampu membuat video pembelajaran dengan platform-platform sederhana ini.
Berangkat dari hal ini, akhir Oktober lalu, Monkey Melody mengadakan workshop dengan topik Editing Video Micro-Learning yang dibawakan oleh Mas Septian Pamungkas. Mirip dengan Event sebelumnya, workshop ini banyak dihadiri oleh guru-guru dan pihak korporat yang antusias.
Harapannya melalui event ini, para peserta memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang multimedia learning. Selain itu, tentunya peserta diajak untuk mengenal eksistensi 2 tools sederhana yaitu Canva dan CapCut serta belajar menggunakan keduanya untuk memproduksi video micro-learning yang cukup optimal.
Dalam sesi ini, Mas Septian mulai dengan mengenalkan 2 tools sederhana yang mampu menciptakan video yang tidak kalah menariknya dengan video yang diedit via software profesional, yaitu Canva dan CapCut. Canva, sebagai platform desain berbasis drag-and-drop, digunakan untuk membuat aset grafis dan animasi sederhana, sementara CapCut berfungsi sebagai alat pengeditan yang menyatukan video dan aset visual tersebut menjadi satu produk akhir.
Sebelum masuk ke dalam praktik, peserta diberikan sedikit paparan terkait prinsip dan teori multimedia yang diusung Richard E. Mayer. Teori ini dikenal luas dalam dunia pendidikan multimedia karena berfokus pada bagaimana mengoptimalkan proses pembelajaran dengan memanfaatkan elemen multimedia. Mas Septian menjelaskan beberapa prinsip penting yang relevan untuk micro-learning.
Harapannya peserta dapat mengenal lebih dalam tentang multimedia, khususnya multimedia learning. Pemaparan tersebut dapat memberikan landasan kuat bagi peserta untuk tidak hanya memahami cara menggunakan Canva dan CapCut, tetapi juga untuk menyusun konten pembelajaran yang lebih efektif berdasarkan teori-teori tersebut.
Setelah dilanjutkan dengan pembahasan teori dan prinsip multimedia, Mas Septian lanjut berpindah ke Canva. Di dalam Canva, Mas Septian mendemonstrasikan beberapa fitur animasi menarik yang dapat diakses dan diterapkan dengan mudah.
Kemudian, hasil yang telah dibuat di Canva diterapkan ke dalam CapCut. Lalu peserta diajak untuk ikut memotong footage, menyesuaikan timing, memasukkan aset, menyisipkan subtitle, dan sebagainya.
Sepanjang workshop, Mas Septian memberikan panduan detail untuk mengolah aset-aset yang sudah disediakan sebelumnya. Sebagian peserta yang masih perlu waktu untuk memahami pun terbantu oleh jawaban Mas Septian. Secara keseluruhan, peserta dapat mengikuti workshop dengan cukup baik meskipun banyak peserta yang belum begitu mendalami fitur-fitur dalam Canva & CapCut.
Kami berharap para peserta workshop memperoleh pemahaman yang lebih baik terkait multimedia serta mampu menciptakan video micro-learning sederhana via Canva & CapCut. Monkey Melody berencana untuk terus mengadakan event-event serupa untuk lebih memperkenalkan proses produksi multimedia learning kepada banyak orang.
Dengan pengalaman mengerjakan lebih dari 1000 multimedia learning, harapannya sedikit ilmu yang dibagikan Monkey Melody dapat bermanfaat bagi rekan-rekan yang ingin mengenal lebih dalam tentang video learning baik untuk diterapkan di lingkungannya ataupun untuk memperoleh perspektif baru terhadap kompleksitas video learning.
Di Monkey Melody, Fajar memastikan proses pembuatan multimedia learning berjalan dengan lancar dari pra-produksi hingga pasca produksi. Selain kadang terlibat langsung dalam pembuatan script dan storyboard, Fajar juga membantu menyusun konten-konten media sosial Monkey Melody.