Produksi Multimedia Pembelajaran: Cukup talent saja yang menguasai materi? Director juga perlu, dong!

Daftar Isi

    12 Prinsip Pembelajaran Multimedia Richard E. Mayer

    Multimedia pembelajaran seperti video sudah sangat umum dipakai berbagai platform pembelajaran yang menyediakan materi untuk kebutuhan upskilling dan reskilling perusahaan seperti LinkedIn Learning dan Coursera. Kini, berbagai strategi juga telah diterapkan untuk meningkatkan retensi dan komprehensi peserta ajar.

    Salah satu kontribusi penting dalam video pembelajaran berasal dari seorang profesor Psikologi bernama Richard E. Mayer. Beliau menyusun 12 Principles of Multimedia Learning yang menjadi acuan esensial bagi desainer pembelajaran multimedia. Prinsip-prinsip ini mungkin terlihat cukup mendasar bila dibandingkan dengan standar zaman sekarang, namun di akhir 90-an, prinsip-prinsip ini memberikan jalan untuk kemunculan strategi-strategi yang efektif.

    Prinsip-prinsip ini bisa dijadikan acuan dalam menerapkan berbagai elemen video pembelajaran seperti teks, gambar, motion graphic, dan sebagainya. Kita pun bisa menemukan banyak contoh penerapannya dalam berbagai video pembelajaran baik yang formal seperti dalam platform yang telah disebutkan sebelumnya maupun yang non formal seperti platform media sosial.

    Prinsip Koherensi

    Layaknya sebuah film, video pembelajaran perlu menggabungkan berbagai elemen supaya dapat mencapai objektifnya. Objektif pembelajaran bisa bermacam-macam tergantung kebutuhan, tapi umumnya peserta ajar diharapkan dapat menyerap sebanyak-banyaknya dari yang telah ditonton.

    Dari 12 Principles of Multimedia Learning rumusan Richard E. Mayer, ada yang disebut dengan Coherence Principle alias Prinsip Koherensi. Koherensi di sini berkaitan dengan “nyambung”-nya elemen-elemen dalam multimedia pembelajaran tersebut.

    Ternyata, pembelajaran akan lebih efektif jika informasi dimasukkan hanya yang relevan saja. Artinya, dalam pembuatan materi pembelajaran, baik teks maupun visual harus selaras dan saling melengkapi untuk mendukung objektif pembelajaran. Informasi tambahan atau konten yang tidak relevan sebaiknya dihindari karena dapat mengalihkan perhatian peserta didik dari pesan inti yang ingin disampaikan.

    Informasi tambahan yang tidak relevan misalnya menyisipkan visual yang menarik namun tidak berkaitan langsung dengan topik pembahasan ataupun menyisipkan detail-detail teks yang tidak berhubungan langsung dengan diagram yang sedang dibahas.

    Umumnya, prinsip ini sering “dilanggar” karena penyusun video ingin menampilkan visual atau animasi yang mengutamakan estetika saja. Terhadap audiens tertentu, ini mungkin bisa menjadi strategi yang pas. Namun, alangkah baiknya apabila estetika digabung dengan relevansi supaya objektif pembelajaran tetap tersampaikan sambil menarik perhatian peserta ajar melalui visual yang menarik.

    Selain itu, Visual yang terlalu rumit atau penuh dengan detail juga dapat membingungkan peserta ajar. Sebaiknya gunakan grafis yang sederhana dan mudah dipahami untuk mendukung materi secara visual, tanpa menambah kompleksitas yang tidak perlu.

    Setelah mengerjakan lebih dari 1000 multimedia pembelajaran, Monkey Melody memahami bahwa setiap perusahaan memiliki tantangan dan tujuan yang berbeda. Oleh karena itu, kami menawarkan pendekatan yang disesuaikan untuk memastikan bahwa setiap video yang kami buat dapat mencapai tujuan pelatihan yang diinginkan. Dengan menggunakan teknologi terbaru dan pendekatan kreatif, kami siap membantu perusahaan Anda dalam menghadapi tantangan pelatihan di masa depan.

    Share:

    M. Rizky Fajar Ramadhan

    Di Monkey Melody, Fajar memastikan proses pembuatan multimedia learning berjalan dengan lancar dari pra-produksi hingga pasca produksi. Selain kadang terlibat langsung dalam pembuatan script dan storyboard, Fajar juga membantu menyusun konten-konten media sosial Monkey Melody.