Informasi Berlebihan dalam Multimedia Pembelajaran bisa Menghambat Efektivitas Belajar

Daftar Isi

    Prinsip Redundansi

    Salah satu tantangan dalam pembuatan video pembelajaran di lingkungan perusahaan adalah bagaimana menyampaikan informasi yang padat, teknis, dan terkadang kompleks—tanpa membuat penonton merasa kewalahan.

    Dalam hal ini, Redundancy Principle yang dirumuskan oleh Richard E. Mayer bisa menjadi pegangan penting. Prinsip ini menyatakan bahwa pembelajaran justru akan lebih efektif ketika peserta ajar tidak dibombardir dengan informasi berlebihan. Artinya, jika teks, narasi audio, dan visual disajikan secara bersamaan namun tidak dikelola dengan baik, alih-alih memperkuat pemahaman, justru bisa menghambatnya.

    Lalu, bagaimana caranya menyajikan informasi dengan padat namun tetap terasa ringan?

    Di Monkey Melody, kami mempercayakan tugas ini kepada tim storyboarder—garda depan dalam menyusun pengalaman visual pembelajaran. Tugas mereka bukan sekadar “menempelkan” teks ke dalam visual, melainkan mentransformasikan materi ajar menjadi alur visual yang terstruktur, komunikatif, dan tentunya tidak berlebihan.

    Peran Storyboarder dalam Menyederhanakan Video Pembelajaran

    Proses ini sering kali melibatkan keputusan krusial: informasi mana yang perlu ditampilkan sebagai visual? Mana yang cukup disampaikan lewat narasi? Atau, informasi mana yang sebaiknya dipindahkan ke materi pendamping seperti e-modul atau infografik?

    Sebagai contoh, dalam sebuah video pelatihan internal mengenai prosedur keamanan kerja, tim storyboarder misalnya memutuskan untuk hanya menampilkan langkah-langkah utama dalam bentuk visual yang ringkas dan jelas. Sementara itu, penjelasan detail disampaikan lewat narasi, dan daftar lengkapnya disediakan dalam bentuk dokumen terpisah. Hasilnya, video menjadi lebih fokus, tidak bertele-tele, dan tetap memberikan akses pada informasi lengkap tanpa membebani penonton.

    Tentu saja, menyaring informasi bukan perkara insting semata. Tim storyboarder kami perlu memahami konteks materi dengan baik, membaca naskah, menelaah bahan ajar dari klien, dan—jika diperlukan—melakukan riset tambahan. Beberapa materi, terutama yang bersifat teknis atau prosedural, bisa sangat menantang untuk divisualisasikan secara efektif tanpa kehilangan esensinya.

    Di sinilah kepekaan terhadap prinsip Redundansi menjadi sangat penting. Kami menyadari bahwa terlalu banyak teks di layar, apalagi jika sama persis dengan narasi suara, justru akan mengurangi efektivitas penyampaian informasi. Sebaliknya, visual yang tepat, dipadukan dengan narasi yang terstruktur, justru bisa memperkuat retensi memori dan pemahaman peserta ajar.

    Menyederhanakan bukan berarti mengurangi kualitas. Justru sebaliknya, di balik video pembelajaran yang terlihat ringan dan enak ditonton, ada proses panjang yang mengutamakan kejelasan, relevansi, dan efektivitas. Dengan memahami prinsip Redundansi dan melibatkan tim storyboarder sejak awal, kita dapat menciptakan konten pembelajaran yang lebih strategis dan berdampak bagi peserta ajar.

    Setelah mengerjakan lebih dari 1000 multimedia pembelajaran, Monkey Melody memahami bahwa setiap perusahaan memiliki tantangan dan tujuan yang berbeda. Oleh karena itu, kami menawarkan pendekatan yang disesuaikan untuk memastikan bahwa setiap video yang kami buat dapat mencapai tujuan pelatihan yang diinginkan. Dengan menggunakan teknologi terbaru dan pendekatan kreatif, kami siap membantu perusahaan Anda dalam menghadapi tantangan pelatihan di masa depan.

    Share:

    M. Rizky Fajar Ramadhan

    Di Monkey Melody, Fajar memastikan proses pembuatan multimedia learning berjalan dengan lancar dari pra-produksi hingga pasca produksi. Selain kadang terlibat langsung dalam pembuatan script dan storyboard, Fajar juga membantu menyusun konten-konten media sosial Monkey Melody.