Dalam dunia pembelajaran digital, terutama di ranah korporat, kualitas penyampaian materi menjadi salah satu faktor penentu efektivitas video learning. Bukan hanya soal kontennya yang informatif, tetapi juga bagaimana konten itu disampaikan.
Salah satu prinsip yang kini makin relevan dibicarakan adalah Voice Principle yang dicetuskan oleh Richard E. Mayer. Prinsip ini menyatakan bahwa narasi akan lebih efektif bila disampaikan menggunakan suara manusia asli yang terdengar natural.
Lalu, apa hubungannya dengan performa talent atau narasumber dalam video learning?
Dalam berbagai project video learning yang Monkey Melody tangani, kami melihat satu pola yang konsisten: video dengan narasi yang dibawakan secara natural dan komunikatif akan lebih mudah dipahami dan menarik perhatian. Gampangnya, mana yang lebih menarik? Pidato formal atau podcast? Umumnya, orang-orang akan lebih memilih podcast karena format mengobrolnya.
Banyak dari narasumber kami adalah ahli di bidangnya. Sebagian dari mereka terbiasa tampil di depan kelas atau ruang meeting. Namun, begitu dihadapkan pada kamera, mic, dan lighting, perilaku mereka bisa berubah total.
Ada yang tiba-tiba menjadi gugup. Ada pula yang terbata-bata meskipun materi di luar kepala. Suasana set yang asing, keterbatasan durasi video, dan tekanan untuk “tidak salah” bisa memengaruhi pembawaan mereka.
Di sinilah peran tim produksi jadi sangat penting. Bukan hanya merekam, tapi juga membantu menciptakan suasana yang mendukung agar narasumber dapat tampil se-alami mungkin.
Ada beberapa hal yang kami lakukan. Jauh sebelum hari syuting misalnya, kami pastikan narasumber sudah menerima script atau menulis script apabila mereka sendiri yang ingin menyusun script. Kemudian, narasumber kami sarankan untuk melakukan rekaman mandiri sebagai sesi latihan sekaligus membiasakan diri berbicara di depan kamera tanpa audiens.
Saat hari syuting tiba, tentunya kami tidak akan langsung mendorong narasumber untuk mulai syuting. Kami ajak narasumber melihat-lihat set, menjelaskan fungsi alat-alat, dan memberi ruang untuk adaptasi. Kami pastikan semua arahan diberikan dengan bahasa yang sopan, jelas, dan bersahabat.
Begitu syuting dimulai pun, director syuting kami memastikan narasumber santai dan mampu membawakan materi layaknya di depan kelas. Semua hal ini dilakukan untuk menghasilkan pembawaan yang optimal dan natural.
Dalam era digital learning yang semakin visual dan padat informasi, suara menjadi pengantar pesan yang tidak boleh diabaikan. Talent atau narasumber yang terdengar natural bukan hanya soal kenyamanan, tapi soal efektivitas. Karena pada akhirnya, pembelajaran yang sukses bukan sekadar soal menyampaikan informasi—tapi soal memastikan informasi itu sampai, dipahami, dan diingat.
Setelah mengerjakan lebih dari 1000 multimedia pembelajaran, Monkey Melody memahami bahwa setiap perusahaan memiliki tantangan dan tujuan yang berbeda. Oleh karena itu, kami menawarkan pendekatan yang disesuaikan untuk memastikan bahwa setiap video yang kami buat dapat mencapai tujuan pelatihan yang diinginkan. Dengan menggunakan teknologi terbaru dan pendekatan kreatif, kami siap membantu perusahaan Anda dalam menghadapi tantangan pelatihan di masa depan.
Di Monkey Melody, Fajar memastikan proses pembuatan multimedia learning berjalan dengan lancar dari pra-produksi hingga pasca produksi. Selain kadang terlibat langsung dalam pembuatan script dan storyboard, Fajar juga membantu menyusun konten-konten media sosial Monkey Melody.