Highlight Project: Mengemas Pembelajaran Kode Etik dan Kode Perilaku Menjadi Visual Novel

Highlight Project: Mengemas Pembelajaran Kode Etik dan Kode Perilaku Menjadi Visual Novel

Daftar Isi

    Menerapkan Konsep Visual Novel dalam Multimedia Pembelajaran

    Beberapa waktu lalu, Monkey Melody berkesempatan untuk bekerja sama dengan KPK dalam penyusunan multimedia pembelajaran terkait materi Kode Etik dan Kode Perilaku. Dalam proses penyusunan konsep, kami mencari format yang memungkinkan peserta ajar untuk tidak hanya belajar sambil menikmati visual yang disajikan, tetapi juga teresap ke dalam sebuah cerita.

    Akhirnya, kami memilih format Visual Novel sebagai dasar gaya visual dan penyampaiannya. Bisa ditebak dari namanya, Visual Novel adalah sejenis game yang sangat berfokus pada narasi. Uniknya, Visual Novel mengandung unsur interaktif yang dapat memengaruhi akhir cerita. Visual Novel bisa berbeda-beda tapi secara umum, pemain dapat melihat sosok karakter dengan kotak teks yang berisi dialog ataupun narasi.

    Meskipun terlihat sederhana, tipe game ini digemari cukup banyak pemain sejak lama. Berhubung materi Kode Etik dan Kode Perilaku ini menjadi materi fundamental bagi semua pegawai KPK, unsur cerita dapat menimbulkan rasa kedekatan dan meningkatkan ketertarikan peserta ajar terhadap materi.

    Menyisipkan Unsur Interaktivitas dalam Bentuk Cerita Bercabang

    Selain gaya visual, ciri khas visual novel adalah adanya momen-momen sepanjang cerita yang mana pemain dihadapkan oleh pilihan-pilihan yang dapat memengaruhi jalannya cerita. Aspek ini kami terapkan di salah satu modul materi Kode Etik dan Kode Perilaku.

    Dalam menyusun ceritanya, kami berpatokan pada kasus-kasus nyata yang disediakan pihak KPK. Berbagai kasus yang ada kami integrasikan dengan karakter dan cerita telah kami susun di awal sehingga peserta ajar memiliki keterikatan terhadap karakter utama. Meskipun bagian cerita bercabang hanya terdapat pada satu modul,  harapannya peserta ajar dapat lebih mudah membayangkan dilema apa saja yang mungkin terjadi serta konsekuensinya.

    Di sepanjang modul tersebut, peserta ajar perlu memilih opsi yang ada untuk melanjutkan ceritanya. Layaknya visual novel, setiap pilihan akan mengarahkan peserta ajar ke rute tertentu dan pada akhirnya ke ending (akhir) tertentu. Ending yang didapatkan pun bisa bervariasi tergantung pilihan-pilihan sebelumnya.

    Konsep cerita bercabang ini diperkuat dengan visual dan pengisi suara yang sesuai untuk memberikan pengalaman yang mengesankan. Harapannya, melalui paduan semua unsur ini membantu peserta ajar untuk lebih mudah mengingat dan menerapkan pesan dan pelajaran yang terkandung.

    Dengan pengalaman mengerjakan lebih dari 1000 multimedia learning, harapannya sedikit ilmu yang dibagikan Monkey Melody dapat bermanfaat bagi rekan-rekan yang ingin mengenal lebih dalam tentang video learning baik untuk diterapkan di lingkungannya ataupun untuk memperoleh perspektif baru terhadap kompleksitas video learning.

    Share:

    M. Rizky Fajar Ramadhan

    Di Monkey Melody, Fajar memastikan proses pembuatan multimedia learning berjalan dengan lancar dari pra-produksi hingga pasca produksi. Selain kadang terlibat langsung dalam pembuatan script dan storyboard, Fajar juga membantu menyusun konten-konten media sosial Monkey Melody.

    Highlight Event Monki Nongki: Workshop Editing Video Micro-Learning

    Highlight Event Monki Nongki: Workshop Editing Video Micro-Learning

    Daftar Isi

      Workshop Editing Video Micro-Learning

      Biasanya multimedia profesional identik dengan software profesional seperti Photoshop, Premiere Pro, dan lain sebagainya. Namun, sekarang sudah muncul berbagai pilihan yang lebih mudak diakses dan dipelajari untuk non-profesional. Bahkan, pengajar atau instruktur baik di sekolah maupun perusahaan mampu membuat video pembelajaran dengan platform-platform sederhana ini.

      Berangkat dari hal ini, akhir Oktober lalu, Monkey Melody mengadakan workshop dengan topik Editing Video Micro-Learning yang dibawakan oleh Mas Septian Pamungkas. Mirip dengan Event sebelumnya, workshop ini banyak dihadiri oleh guru-guru dan pihak korporat yang antusias.

      Harapannya melalui event ini, para peserta memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang multimedia learning. Selain itu, tentunya peserta diajak untuk mengenal eksistensi 2 tools sederhana yaitu Canva dan CapCut serta belajar menggunakan keduanya untuk memproduksi video micro-learning yang cukup optimal.

      Perkenalan Prinsip Multimedia Richard Mayer, Canva, dan CapCut

      Dalam sesi ini, Mas Septian mulai dengan mengenalkan 2 tools sederhana yang mampu menciptakan video yang tidak kalah menariknya dengan video yang diedit via software profesional, yaitu Canva dan CapCut. Canva, sebagai platform desain berbasis drag-and-drop, digunakan untuk membuat aset grafis dan animasi sederhana, sementara CapCut berfungsi sebagai alat pengeditan yang menyatukan video dan aset visual tersebut menjadi satu produk akhir.

      Sebelum masuk ke dalam praktik, peserta diberikan sedikit paparan terkait prinsip dan teori multimedia yang diusung Richard E. Mayer. Teori ini dikenal luas dalam dunia pendidikan multimedia karena berfokus pada bagaimana mengoptimalkan proses pembelajaran dengan memanfaatkan elemen multimedia. Mas Septian menjelaskan beberapa prinsip penting yang relevan untuk micro-learning.

      Harapannya peserta dapat mengenal lebih dalam tentang multimedia, khususnya multimedia learning. Pemaparan tersebut dapat memberikan landasan kuat bagi peserta untuk tidak hanya memahami cara menggunakan Canva dan CapCut, tetapi juga untuk menyusun konten pembelajaran yang lebih efektif berdasarkan teori-teori tersebut.

      Setelah dilanjutkan dengan pembahasan teori dan prinsip multimedia, Mas Septian lanjut berpindah ke Canva. Di dalam Canva, Mas Septian mendemonstrasikan beberapa fitur animasi menarik yang dapat diakses dan diterapkan dengan mudah.

      Kemudian, hasil yang telah dibuat di Canva diterapkan ke dalam CapCut. Lalu peserta diajak untuk ikut memotong footage, menyesuaikan timing, memasukkan aset, menyisipkan subtitle, dan sebagainya.

      Sepanjang workshop, Mas Septian memberikan panduan detail untuk mengolah aset-aset yang sudah disediakan sebelumnya. Sebagian peserta yang masih perlu waktu untuk memahami pun terbantu oleh jawaban Mas Septian. Secara keseluruhan, peserta dapat mengikuti workshop dengan cukup baik meskipun banyak peserta yang belum begitu mendalami fitur-fitur dalam Canva & CapCut.

      Kami berharap para peserta workshop memperoleh pemahaman yang lebih baik terkait multimedia serta mampu menciptakan video micro-learning sederhana via Canva & CapCut. Monkey Melody berencana untuk terus mengadakan event-event serupa untuk lebih memperkenalkan proses produksi multimedia learning kepada banyak orang.

      Dengan pengalaman mengerjakan lebih dari 1000 multimedia learning, harapannya sedikit ilmu yang dibagikan Monkey Melody dapat bermanfaat bagi rekan-rekan yang ingin mengenal lebih dalam tentang video learning baik untuk diterapkan di lingkungannya ataupun untuk memperoleh perspektif baru terhadap kompleksitas video learning.

      Share:

      M. Rizky Fajar Ramadhan

      Di Monkey Melody, Fajar memastikan proses pembuatan multimedia learning berjalan dengan lancar dari pra-produksi hingga pasca produksi. Selain kadang terlibat langsung dalam pembuatan script dan storyboard, Fajar juga membantu menyusun konten-konten media sosial Monkey Melody.